Di dunia digital, kemungkinan penyebaran virus adalah hal yang tidak dapat ditanggulangi. Penyebaran malware sudah sangat umum, tidak peduli sebesar apa websitenya pasti akan sangat memungkinkan untuk terjangkit malware. CamScanner, sebuah aplikasi yang bisa diunduh di Google Play pun diketahui menyebarkan virus malware. Kabar tersebut marak pada bulan Agustus 2019 lalu, padahal CamScanner merupakan aplikasi yang cukup banyak digemari oleh orang-orang karena fiturnya yang memudahkan.
Malware adalah akronim dari malicious software sebuah virus berbahaya yang dibuat untuk merusak sistem jaringan yang ada di sebuah situs web maupun perangkat komputer atau browser. Virus yang satu ini memang sangat berbahaya, baik admin website maupun pengguna sangat berpotensi untuk terkena malware saat menggunakan website.
Baca Juga : Google Ads: Pengertian, Cara Beriklan, dan Biaya
Bagi pengguna, tanda-tanda sebuah website yang diakses terkena malware bisa dilihat dari beberapa hal. Dimulai dari munculnya banyak iklan yang tidak beraturan, atau muncul tulisan the site ahead contains malware. Dua tanda tersebut jadi yang paling sering dan paling mudah untuk ditemui oleh pengguna maupun admin website.
Dari mana malware berasal?
Sebenarnya, sebuah malware bisa jadi ada di website karena ‘diundang’ sendiri oleh pengembang website. Misalnya ketika pengembang website mengunduh plugin WordPress bajakan atau yang tidak resmi. Plugin tersebut yang membawa virus malware ke website hingga bisa merusak sistem yang ada.
Selain plugin, malware juga bisa masuk melalui tema bajakan. Tema atau theme yang digunakan dalam sebuah website merupakan sesuatu yang biasa namun cara mendapatkan tema inilah yang sering mendatangkan malware. Kasusnya kurang lebih sama dengan plugin, tema yang diunduh adalah tema tidak resmi atau tema dengan harga murah yang tidak terjamin kualitas dan keamanannya.
Apa yang bisa dilakukan untuk terhindar dari malware?
Untuk menghindari Anda mengunjungi situs web yang tidak aman karena ada malware, Google menyediakan sebuah tools bernama transparency report (laporan transparansi). Di laporan transparansi, Anda bisa memasukkan alamati situs web dan mengecek status keamanannya.
Anda juga bisa secara mandiri melihat situs berdasarkan SSL yang ada di website, seperti HTTP atau HTTPS. Secara sederhana, sebuah website HTTPS bisa dikatakan lebih aman dibanding dengan HTTP karena kelebihan secure yang ada di HTTPS. Karena ketika menggunakan protokol HTTPS, halaman yang dikirimkan ke Anda sudah dienkripsi sehingga tidak ada yang mencuri data ketika Anda sedang melakukan kegiatan di internet.
Dengan teknologi safe browsing yang dihadirkan, Google menjadi pemeriksa keamanan URL terdepan untuk penggunanya. Dengan begitu, Anda bisa terhindar dari virus malware yang bisa membahayakan data-data Anda.
Selain itu, pengguna juga bisa memperketat keamanan dengan melakukan update aplikasi yang ada. Atau dengan menggunakan kata sandi yang memiliki tingkat keamanan tinggi. Melakukan back-up data agar tidak hilang saat virus ternyata ada di perangkat Anda.
Bagi pengembang website, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk terhindari dari virus malware. Contohnya adalah dengan menggunakan plugin resmi premium yang tersedia di WordPress. Jika website yang dikembangkan berbasis WordPress, maka pengembang website perlu untuk mengunduh plugin yang resmi. Seringkali pengembang justru memilih plugin yang didapatkan dari situs web tidak resmi padahal plugin tersebut sudah sangat mungkin disusupi virus malware.
Tidak hanya itu, para pengembang website juga bisa untuk mengunduh plugin keamanan yang memiliki banyak kegunaan. Menginstall plugin keamanan bisa memonitor aktivitas komen spam, front end text copy protection, hingga melakukan banned pada IP tertentu.