Jika kita berbicara soal website, tentunya ada begitu banyak hal yang bisa menjadi topik pembicaraan. Mulai dari design, user interface, plugin, content management system, hingga komponen lain yang berada di belakang layar website. Misalnya seperti backend framework. Sebuah backend framework memang sangat membantu para developer dalam pengembangan aplikasi maupun website.
Untuk para developer, istilah framework bukanlah hal yang baru. Keseharian dan pekerjaan pembuatan website pasti akan sangat bersinggungan dengan penggunaan framework. Secara istilah, framework merupakan kerangka kerja perangkat lunak yang membantu para developer merancang dan membuat website.
Di sebuah perusahaan yang sangat mengandalkan dan menggunakan website untuk operasional kerjanya atau penjualan, tim developer yang ada biasanya terbagi menjadi tiga bagian. Front end developer, backend developer, dan full stack developer. Ketiganya berbeda tapi sangat bersinggungan satu sama lain.
Bahasa pemrograman yang digunakan untuk backend pun juga tidak berbeda dari bahasa pemrograman yang digunakan front end developer. Seorang backend developer perlu untuk mengetahui dan memperdalam soal PHP, Node.JS, Python, Firebase sebagai hal dasar.
Baca Juga : Tips Memilih Web Hosting Berkualitas Untuk Website Anda
Sebuah framework yang digunakan saat pembuatan website sangat membantu dan mempermudah pekerjaan para developer. Tidak terkecuali, backend developer. Setidaknya framework yang digunakan bisa menghindari pekerjaan berulang, karena framework telah menyediakan hal-hal yang dibutuhkan seperti penanganan database, cookie, dan sebagainya.
Keberadaan framework juga bisa mengurangi adanya kode-kode yang menyulitkan para developer. Mempercepat pengembangan website dan aplikasi karena adanya konsistensi kode yang bisa mengefektifkan pemahaman kode antar developer yang bisa berdampak pada kecepatan membuat website.
Tidak dipungkiri, selama ini ada banyak framework yang membantu pekerjaan para developer. Setiap tahun ada saja pembaruan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang semakin meningkat. Di tahun 2020 ada beberapa backend framework yang bisa menjadi rekomendasi Anda.
1. Laravel
Dengan bahasa pemrograman PHP yang digunakan, Laravel jadi backend framework yang banyak digunakan sampai saat ini. Sederhananya, Laravel membuat para developer jadi lebih mudah dalam menulis kode. Laravel juga menggunakan struktur MVC (model-view-controller) yang memisahkan aplikasi berdasarkan komponen-komponen aplikasi jadi yang cukup populer dalam penggunaannya.
Tidak hanya itu, melalui website resminya Laravel mengklaim mempunyai sintaks yang ekspresif. Beberapa fitur yang terdapat di Laravel misalnya bundles, eloquent ROM, class auto loading, dan masih banyak yang lainnya.
2. .NET Core
.NET Core jadi framework yang bersifat open source dan bisa digunakan untuk sistem operasi Microsoft, Linux, MacOS, dan Docker. Framework yang dikembangkan oleh Microsoft ini bisa dikatakan sebagai sebuah paket komplet. Dikatakan sebagai paket komplet karena produk framework yang ada tidak hanya bersifat open source, namun juga sudah cros platform apalagi menjadi prosuk Microsoft yang paling cepat dan aktif di Github.
Bahasa pemrograman yang tersedia di .NET Core pun tidak terbatas pada C# tapi juga F# hingga visual basic. Framework yang satu ini juga bisa memenuhi hampir seluruh kebutuhan developer dalam pembuatan “dunia digital.” Mulai dari web, web aplikasi, aplikasi gaming, hingga IoT.
3. Django
Less code jadi salah satu keunggulan yang secara jelas ditampilkan di website resmi Django. Backend framework yang berada di bawah naungan Django Software Foundation ini memberikan pengalaman yang baik untuk para developer. Django secara khusus fokus pada bahasa pemrograman Python.
Keamanan jadi fitur yang ditonjolkan di Django, dengan menghindari masalah keamanan seperti injeksi SQL, cross site scripting, hingga clickjacking. Sistem autentikasi yang dilakukan jadi cara yang aman untuk mengelola akun dan kata sandi pengguna. Banyak hal yang bisa ditangani dengan Django misalnya membuat Content Management System di platform sosial.
4. Ruby on Rails
Kalau Django fokus dengan bahasa pemrograman Python, lain halnya dengan Rails yang fokus di bahasa pemrograman Ruby. Ruby adalah salah satu bahasa pemrograman dinamis yang ditulis dengan bahasa pemrograman C. Bersifat open source,framework Ruby on Rails yang dikembangkan pada tahun 2003 tetap jadi rekomendasi untuk digunakan tahun ini.
Fitur-fitur unik yang ada di Ruby on Rails jadi keunggulan dan hal yang banyak mendapat perhatian para developer. Fitur seperti turbolinks, action mailer, keywords arguments, sampai rake command adalah contoh-contoh fitur yang ada dan berkembang di Rails.
5. Express
Backend framework yang terakhir adalah Express. Projek dari Node.js Foundation ini telah membantu banyak sekali developer dalam pembuatan website dan aplikasinya. Daripada menggunakan module HTTP bawaan dari Node.js, para developer lebih suka menyukai Express untuk pembuatan web aplikasinya.
Bahkan, penggunaan Express tidak hanya terbatas pada pembuatan website, pengembang juga bisa mengeksplorasi Express untuk server file statik, sosial media, layanan web yang bisa diakses melalui REST API atau aplikasi hybrid lain.